SAngat prihatin dan membuat hati miris sekali ya..bund
Jika melihat anak jaman sekarang tidak bisa menjaga etika dan kepantasan menjaga privacyBahkan di media sosial sempat dihebohkan dengan postingan anak-anak usia sekolah yang memamerkan kemesraannya. Tidak hanya sampai di situ,
mereka pun turut membumbui postingan tersebut dengan kalimat-kalimat provokatif dan membuat sebagian besar pengguna sosmed mengurut dada.
Sebagai orang tua, bagaimana cara kita menanggapinya?
Sikap anak yang ditunjukkan saat puber menjelang dewasa tidak terlepas dari peran kita sebagai orang tua.
Sudah kuatkah pondasi agama dan moral yang kita berikan pada mereka?
Berapa lama waktu yang kita habiskan untuk mendengar celoteh polos mereka?
Masihkah kita mempunyai waktu untuk itu?
Apalagi jika kedua orang tua lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah.
Tidak ada yang salah dengan ayah dan ibu
Karena beliau juga diluar rumah karena bekerja ,untuk mencukupi kebutuhan anaknya.
selama kita membekali mereka dengan pondasi agama yang kuat sedari kecil...insyaallah semua bisa terkendalikan.
Faktanya banyak kebobrokan moral yang melanda di mana-mana,
kita sebagai orang tua tentunya merasa miris dan memiliki kekhawatiran luar biasa terhadap masa depan putra-putri kita lainnya.
Salah satu yang menjadi sorotan saat ini ialah maraknya anak usia sekolah yang tanpa sungkan memamerkan kemesraan di berbagai media sosial.
Mulai dari foto dan video yang sekadar pegangan tangan sampai “ngamar” berdua...
naudhubillah...merem-merem rasane ati ya bund..
Apalagi banyaknya sinetron yang mengexspos kehidupan anak muda yang hura-hura,dan menampilkan sisi pacaran di lingkungan sekolah.
Kehidupan yang penuh kemudahan dan kaum sosialita.
Juga tayangan sinetron tentang balapan sepeda motor yang membahayakan banyak orang selain diri sendiri tentunya
,trek-trekan di jalan raya dengan merk sepeda motor yang mahal.
Budaya apa ini..?
Bukankah seharusnya itu bukan tontonan yang bisa menjadi tuntunan.
Selain itu, ada adegan di mana beberapa anak sekolah memperagakan satu scene sinetron dengan main tampar dan berteriak, “mama jahat”. Naudzubillah,ngelus dada rasane .....
mereka dapat pengetahuan dari mana hal-hal seperti itu?
Tentu saja ini berhubungan erat dengan efek negatif yang sinetron berikan pada pemirsanya.
Membatasi anak menonton tv kayaknya sdh sering kita lakukan,tp seringnya ada lagi dan ada lagi sinetron susulan lainnya.
Selain menampilkan cerita manis khas negeri dongeng, kata-kata yang digunakan pun tidak sesuai dengan kaidah bahasa dan tatanan moral yang berlaku di Indonesia.
Generasi muda yang menuntut perhatian lebih ini biasa disebut dengan “generasi micin”.
Sebagian orang menghubungkan dengan penggunaan bumbu penyedap rasa yang semakin banyak dipakai dalam berbagai produk makanan.
Sebutan “generasi micin” juga biasa dialamatkan pada anak-anak usia sekolah yang berlagak dewasa dan melakukan hal-hal di luar batas wajar mereka sebagai anak sekolah.
Kedewasaan mereka tidak sesuai usia yang kadang ditunjang dari seringnya pergaulan yang tidak baik.
Minta ini minta itu..dheg saknyet...yang hanya demi gengsi sesaat.
Jika tidak kita penuhi anak bisa marah dan ngambek yang ujungnya ayah ibu akan menuruti keinginan anak juga walaupun berkecamuk pemikiran yang dirasakan.
**
Memang tidak ada salah jika orang tua bisa memenuhi segala keinginan anak.
Tapi setidaknya kita arahkan dan kita bimbing dengan sebaik-baiknya bahwa ada dampak negatif atau setidaknya kalimat2 yang bisa meredam prilaku *manja si anak.
Dan yang paling penting kita jangan sampai kuper, harus selalu update dengan keadaan sekitar.
Kita sebagai orang tua wajib “gaul” dan “melek” teknologi supaya semua kegiatan yang dilakukan anak kita bisa terpantau dengan mudah.
Kita juga harus mengetahui dengan siapa anak bergaul,
Apa yang dia kerjakan selama ini, dan tontonan apa yang selama ini dia konsumsi.
Tentu tidak mudah mengingat usia anak yang semakin besar dan mempunyai ruang lingkup sosialisasi yang luas tapi sudah menjadi kewajiban kita untuk membentenginya dari berbagai pengaruh buruk yang muncul di masyarakat.
Semoga anak kita tidak termasuk “generasi micin” yang mengerikan
Aamiin...yra
Bunda Sahsa *lestari
280817
Tidak ada komentar:
Posting Komentar