Minggu, 20 januari 2019
Jamaah mushola Al hidayah desa NGADILUHUR kec.Balen kab. BOJONEGORO
Berkesempatan ZIARAH wali wilayah Kota Tuban
Rombongan berangkat jam 06.00wib
Dengan bus berkapasitas 34 orang.
Selama perjalanan dan ZIARAH di makam para wali kami dipandu oleh ustadz Parlan dan doa di pimpin oleh ustadz Soleh ....Alhamdulillah
**
1.
Tujuan pertama adalah menuju makam wali
Syeh Maulana Ibrahim atau sering di sebut sunan Asmaraqandi .
Tepat jam 07.30wib ,alhamdulillah kami serombongan sampai di lokasi .
Dan kami langsung bersiap menuju makam lewat jalan sampimg barat dari area parkir.
Dan bergegas wudhu dan segera mengikuti tahlil bersama dengan khusuk dan khidmat.
Berkesempatan ZIARAH wali wilayah Kota Tuban
Rombongan berangkat jam 06.00wib
Dengan bus berkapasitas 34 orang.
Selama perjalanan dan ZIARAH di makam para wali kami dipandu oleh ustadz Parlan dan doa di pimpin oleh ustadz Soleh ....Alhamdulillah
**
1.
Tujuan pertama adalah menuju makam wali
Syeh Maulana Ibrahim atau sering di sebut sunan Asmaraqandi .
Tepat jam 07.30wib ,alhamdulillah kami serombongan sampai di lokasi .
Dan kami langsung bersiap menuju makam lewat jalan sampimg barat dari area parkir.
Dan bergegas wudhu dan segera mengikuti tahlil bersama dengan khusuk dan khidmat.
Menurut sejarahnya beliau adalah ayahanda dari Sunan Ampel, Syeh Maulana sendiri berasal dari timur tengah, tepatnya di Samarkand, Asia Tengah.
Karena orang jawa yang tidak bisa melafalkan Samarkand jadilah nama Asmaraqandi.
Sekitar tahun 1362 Saka/1440 Masehi syeh maulana datang ke Jawa, namun beliau tidak langsung mendarat di jawa melainkan singgah dulu di Palembang.
Setelah itu ia pergi ke Jawa, tepatnya di Gesik (Sekarang menjadi Gesikharjo) dengan niatan menemui raja Majapahit yang menikahi adik istrinya, yaitu Dewi Darawati. Selain itu, Beliau datang ke Jawa untuk menyebarkan agama Islam.
Tepat pukul 09.00wib kami sudah selesai berdoa dan TAHLIL bersama.
Karena orang jawa yang tidak bisa melafalkan Samarkand jadilah nama Asmaraqandi.
Sekitar tahun 1362 Saka/1440 Masehi syeh maulana datang ke Jawa, namun beliau tidak langsung mendarat di jawa melainkan singgah dulu di Palembang.
Setelah itu ia pergi ke Jawa, tepatnya di Gesik (Sekarang menjadi Gesikharjo) dengan niatan menemui raja Majapahit yang menikahi adik istrinya, yaitu Dewi Darawati. Selain itu, Beliau datang ke Jawa untuk menyebarkan agama Islam.
Tepat pukul 09.00wib kami sudah selesai berdoa dan TAHLIL bersama.
Selanjutnya adalah sarapan bersama di tempat yang sudah di sediakan,sarapan dengan bawa bekal dari rumah tentunya...wah serrru sekali dan nikmat banget.
2. Tepat pukul 09.30 wib kami melanjutkan perjalanan,menuju masjid bawah tanah atau Masjid Ashabul Kahfi Al-Maghribi
terletak didalam goa di Jalan Gedungombo, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban.
terletak didalam goa di Jalan Gedungombo, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban.
Masjid unik yang berada di perut bumi. Namanya masjid Aschabul Kahfi Perut Bumi Al Maghribi.
Masjid ini pun menjadi destinasi wajib bagi para peziarah.
Namanya pun begitu tenar di kalangan para peziarah yang sering menyambangi jalur Pantura.
Di temukan 17tahun yang lalu tepatnya tahun 2002
Memiliki arsitektur yang menarik.
Bagian depan masjid terlihat begitu mencolok dengan perpaduan warna-warni terang.
Dipadu dengan ukiran kaligrafi yang dikombinasikan dengan aksara Jawa.
Bagian kubah juga dibuat dengan unsur seni yang begitu khas.
Dilukis penuh dengan goresan ayat-ayat Alquran.
Berada di sebuah goa, tentunya Masjid ini memiliki keindahan tersendiri karena pengunjung yang masuk akan disuguhkan dengan bongkahan-bongkahan stalagmit dan stalaktit yang telah kering.
Masjid ini pun menjadi destinasi wajib bagi para peziarah.
Namanya pun begitu tenar di kalangan para peziarah yang sering menyambangi jalur Pantura.
Di temukan 17tahun yang lalu tepatnya tahun 2002
Memiliki arsitektur yang menarik.
Bagian depan masjid terlihat begitu mencolok dengan perpaduan warna-warni terang.
Dipadu dengan ukiran kaligrafi yang dikombinasikan dengan aksara Jawa.
Bagian kubah juga dibuat dengan unsur seni yang begitu khas.
Dilukis penuh dengan goresan ayat-ayat Alquran.
Berada di sebuah goa, tentunya Masjid ini memiliki keindahan tersendiri karena pengunjung yang masuk akan disuguhkan dengan bongkahan-bongkahan stalagmit dan stalaktit yang telah kering.
Sangat Instagramable berpadu dengan warna warni lampu yang ada di dalam masjid
Juga ada petilasan nyai sendang yang dulu sebagai tempat beliau bertapa.
Masjid ini merupakan bagian yang terpisahkan dari Pondok Pesantren Aschabul Kahfi pimpinan KH Subhan.
Berkat ide kreatif beliau goa tandus yang tadinya tidak terpakai disulap menjadi sebuah masjid yang cantik dan kini difungsikan sebagai Islamic Centre dan destinasi yang menarik.
Juga ada sumber mata air yang insyaallah bisa mengobati berbagai macam penyakit.
Juga di sediakan beras kuning yang insyaallah bisa untuk tolak balak,
Karena sudah di beri doa dan di asmak'i....warisan dari beliau penemu goa ini.
3.jam 11.15wib kami melanjutkan perjalanan menuju makam sonan bejagung lor
Menurut ustadz parlan
Nama asli Sunan Bemjagung Lor adalah Sayyid Abdullah Asy’ari bin Sayyid Jamaluddin Kubro, beliau adalah adik dari Syeh Maulana Ibrahim Asmaraqandi.
Sunan Bejagung sendiri berasal dari Hadramaut atau Saudi Arabia dan masih memiliki garis keturunan dengan Nabi Muhammmad.
Beliau datang ke Jawa untuk menyebarkan Agama Islam dan membantu memecahkan masalah ekonomi masyarakat pada saat itu.
Sunan Bejagung wafat dan dimakamkan di Desa Bejagung, Kecamatan Semanding atau berjarak 2 KM k arah selatan dari pusat kota Tuban.
Dan sebenarnya ada lagi makam sonan bejagung kidul ,
Tapi kami tidak sempat ziarah ke sana,mungkin lain waktu.insyaallah...
Sebenarnya Makam Sunan Bejagung Kidul
Tak Jauh dari Makam Sunan Bejagung Lor,
Kedua makam ini berjarak hanya 400 meter dan dipisahkan oleh jalan kampung.
Jika di makam Sunan Bejagung Lor yang disemayamkan adalah Sayyid Abdullah Asy’ari maka di makam Bejagung Kidul adalah makam Syeh Hasyim Amaluddin, beliau merupakan menantu dari Sunan Bejagung Lor.
Makam Sunan Bejagung Kidul tidak seramai dengan makam Sunan Bejagung Lor yang berada di pinggir jalan raya, disini hanya terdapat beberapa peziarah saja.
(Menurut info dari penduduk sekitar)
Tapi kami tidak sempat ziarah ke sana,mungkin lain waktu.insyaallah...
Sebenarnya Makam Sunan Bejagung Kidul
Tak Jauh dari Makam Sunan Bejagung Lor,
Kedua makam ini berjarak hanya 400 meter dan dipisahkan oleh jalan kampung.
Jika di makam Sunan Bejagung Lor yang disemayamkan adalah Sayyid Abdullah Asy’ari maka di makam Bejagung Kidul adalah makam Syeh Hasyim Amaluddin, beliau merupakan menantu dari Sunan Bejagung Lor.
Makam Sunan Bejagung Kidul tidak seramai dengan makam Sunan Bejagung Lor yang berada di pinggir jalan raya, disini hanya terdapat beberapa peziarah saja.
(Menurut info dari penduduk sekitar)
4.
Sekitar jam 11.45 wib kami sudah sampai di lokasi makan sonan bonang...Alhamdulillah
Terdengar suara adzan dhuhur ,kami bergegas menuju masjid agung dan sholat jamaah.
Setelahnya baru menuju makam lewat jalan sempit serupa lorong ke arah barat.
Sudah menjadi kebiasaan setiap rombongan pasti ada yang *ketlingsut ..heeee
Entah pipis dulu atau keperluan lain.
Agak lama juga kami,menunggu anggota untuk barengan masuk.
**
Sekitar jam 11.45 wib kami sudah sampai di lokasi makan sonan bonang...Alhamdulillah
Terdengar suara adzan dhuhur ,kami bergegas menuju masjid agung dan sholat jamaah.
Setelahnya baru menuju makam lewat jalan sempit serupa lorong ke arah barat.
Sudah menjadi kebiasaan setiap rombongan pasti ada yang *ketlingsut ..heeee
Entah pipis dulu atau keperluan lain.
Agak lama juga kami,menunggu anggota untuk barengan masuk.
**
Sunan Bonang, salah satu tokoh dalam Walisongo Makam Sunan Bonang tidak pernah sepi pengunjung. Laksana air sungai yang mengalir tiada henti, peziarah selalu datang memadati makam.
Peziarah yang datang pun tak hanya dari warga lokal saja. Namun lebih dari itu, warga dari berbagai daerah di Pulau Jawa, hingga luar Jawa.
Sunan Bonang lahir di daerah Bonang, Tuban, Jawa Timur pada tahun 1465 M. Bonang adalah sebuah desa di kabupaten Rembang, Nama Sunan Bonang sendiri diduga berasal dari Bong Ang yakni sesuai dengan marga Bong seperti nama ayahnya Bong Swi Hoo alias Sunan Ampel.
Literatur lain menyebutkan jika nama Bonang diambil dari salah satu alat musik tradisional yang biasa digunakan oleh Raden Maulana Makdum Ibrahim dalam berdakwah kepada masyarakat. Sunan Bonang memiliki nama lain yakni Raden Makdum atau Maulana Makdum Ibrahim. Sunan Bonang merupakan putera keempat dari Sunan Ampel dengan Candrawati alias Nyai Gede Manila Putri dari Arya Teja seorang Bupati Tuban.
Sunan Bonang dikenal sebagai salah satu Wali Songo yang ulung dalam berdakwah dan menguasai ilmu fiqh, ushuludin, tasawuf, seni, sastra, arsitektur, dan berbagai ilmu kesaktian serta kedigdayaan. Pada masa kecilnya, Sunan Bonang sudah diberi pelajaran agama Islam secara tekun dan disiplin oleh ayahnya.
Diceritakan bahwa pada usia remaja, Sunan Bonang beserta saudaranya yakni Raden Paku meneruskan mempelajari agama Islam dengan menyeberang ke negeri Pasai, Aceh untuk menemui Syekh Maulana Ishaq. Selain itu, mereka juga belajar kepada ulama besar lainnya yang menetap di negeri pasai, seperti para ulama tasawuf yang berasal dari Baghdad, Mesir, Arab, Persia atau Iran. Selesai belajar di negeri pasai, Sunan Bonang lalu diperintahkan ayahnya untuk berdakwah di daerah Tuban.
Literatur lain menyebutkan jika nama Bonang diambil dari salah satu alat musik tradisional yang biasa digunakan oleh Raden Maulana Makdum Ibrahim dalam berdakwah kepada masyarakat. Sunan Bonang memiliki nama lain yakni Raden Makdum atau Maulana Makdum Ibrahim. Sunan Bonang merupakan putera keempat dari Sunan Ampel dengan Candrawati alias Nyai Gede Manila Putri dari Arya Teja seorang Bupati Tuban.
Sunan Bonang dikenal sebagai salah satu Wali Songo yang ulung dalam berdakwah dan menguasai ilmu fiqh, ushuludin, tasawuf, seni, sastra, arsitektur, dan berbagai ilmu kesaktian serta kedigdayaan. Pada masa kecilnya, Sunan Bonang sudah diberi pelajaran agama Islam secara tekun dan disiplin oleh ayahnya.
Diceritakan bahwa pada usia remaja, Sunan Bonang beserta saudaranya yakni Raden Paku meneruskan mempelajari agama Islam dengan menyeberang ke negeri Pasai, Aceh untuk menemui Syekh Maulana Ishaq. Selain itu, mereka juga belajar kepada ulama besar lainnya yang menetap di negeri pasai, seperti para ulama tasawuf yang berasal dari Baghdad, Mesir, Arab, Persia atau Iran. Selesai belajar di negeri pasai, Sunan Bonang lalu diperintahkan ayahnya untuk berdakwah di daerah Tuban.
Sunan Bonang wafat pada tahun 1525 M, Sunan Bonang meninggal di desa Lasem Jawa Tengah. Jenazahnya diambil oleh santri-santri Sunan Bonang yang dari Madura dan akan dibawa ke Madura namun di tengah perjalanan tepatnya di perairan Tuban, perahu para santri kandas dan pada akhirnya Sunan Bonang dimakamkan di Tuban, namun para santri beliau yang dari Madura diizinkan membawa kain kafannya saja untuk dibawa pulang ke Madura. Sehingga makam yang sering diziarahi masyarakat ialah makam yang berada di Tuban.
.5.
Selanjutnya, ada Masjid Agung Tuban.
Selanjutnya, ada Masjid Agung Tuban.
Masjid ini sendiri memiliki peranan penting.
Pasalnya Sunan Bonang memulai syiar Islam dari masjid ini.
Masjid ini dibangun ketika masa pemerintahan Adipati Raden Ario Tedjo yang merupakan bupati Tuban ke-7. Letaknya persis bersebelahan dengan makam Sunan Bonang.
Ornamen masjid ini begitu cantik, berbalut dengan polesan yang begitu detail.
Lantainya dari keramik yang indah.
Temboknya penuh dengan ukiran.
Kubah dan pilarnya pun dicat warna-warni menambah kemewahan masjid ini.
"Bangunan masjid ini begitu indah. Arsitekturnya unik, bergaya ala bangunan masjid dalam dongeng 1001 malam.
Destinasi yang pas untuk dikunjungi selepas berziarah ke Makam Sunan Bonang.....
Dan sejenak melepas lelah dan selonjoran kaki di serambi masjid.
Dan yang suka berfoto ria bisa memuaskan kesukaannya.
Kalau saya suka fotografi karena untuk melengkapi beberapa tulisan saya ,dan terpublikasikan di blogger bundasahsa.blogspot.com
6.kunjungan terakhir adalah di pantai boom
Pantai Boom berada tidak jauh dari alun-alun kota Tuban sehingga sangat mudah untuk dijangkau.
Seusai ZIARAH di sunan bonang sekitar jam 14.00wib
Kami refreshing di pantai boom , tapi sayangnya pas hujan .jadi kurang seru dalam *lehaleha heee.....
Situasinya sudah tidak konndusif,
Ada yang ingin segera pulang,ada yang masih belanja.
Ada yang nyantai ngopi.....pancen wong akeh werna werna karepe...
Pas di ngeboom hp saya tidak ada sign juga jadi susah terhubung lewat group whatsapp ...jadi mohon maaf jika tidak bisa terhubung.
Pantai Boom berada tidak jauh dari alun-alun kota Tuban sehingga sangat mudah untuk dijangkau.
Seusai ZIARAH di sunan bonang sekitar jam 14.00wib
Kami refreshing di pantai boom , tapi sayangnya pas hujan .jadi kurang seru dalam *lehaleha heee.....
Situasinya sudah tidak konndusif,
Ada yang ingin segera pulang,ada yang masih belanja.
Ada yang nyantai ngopi.....pancen wong akeh werna werna karepe...
Pas di ngeboom hp saya tidak ada sign juga jadi susah terhubung lewat group whatsapp ...jadi mohon maaf jika tidak bisa terhubung.
pantai Boom ini dapat dijangkau dengan mudah menggunakan kendaraan umum atau kendaraan pribadi.
Pantai Boom di Tuban ini memiliki semacam break water atau semenanjung buatan yang panjangnya sekitar 1000 meter.
Di sebelah kanan kiri semenanjung buatan pantai Boom, dipergunakan sebagai tempat sandaran perahu oleh nelayan tradisional dari warga setempat.
Pantai Boom Tuban memiliki gelombang yang relatif kecil seperti umumnya pantai utara pulau jawa lainnya. Kondisi pantai Boom juga sangat landai, sehingga sangat memungkinkan untuk berwisata bahari.
Di sekitar pantai,banyak menjumpai sebuah jalan yang menjorok ke laut yang digunakan oleh pengunjung untuk bersantai dan menikmati pemandangan laut.
Di kawasan pantai ini juga terdapat beberapa gazebo sebagai tempat untuk melihat pemandangan matahari terbit ataupun terbenam.
Pantai Boom, berlamat yaitu di Semenanjung Boom, Kutorejo, Kec. Tuban, Jawa Timur.
Dekat dengan alun-alun kota dan makam sunan bonang.
Saat masuk lokasi ,kita akan melihat gerbang pintu masuk pantai yang memiliki bentuk seperti layar perahu dan menjumpai hamparan taman. Di sisi kanan dan kiri taman bagian depan ini ada dua bangunan berbentuk pendapa dengan prasastinya yang berada di dinding Bangunan.
Prasasti tersebut mengisahkan tentang sejarah Pantai Boom Tuban di Masa Lampau yang berperan penting sebagai jalur pelayaran niaga dan juga pelabuhan pada masa kerajaan Airlangga, Singasari , Majapahit dan awal masa penyiaran agama Islam di Tanah Jawa.
Dahulunya, pantai Boom adalah sebuah pelabuhan kuno di masa kejayaan Kerajaan Majapahit.
Pelabuhan ini dulu juga merupakan tempat singgah bagi para pedagang dan saudagar antar daerah dan negara. Tetapi, seiring berkembangnya zaman, pantai Boom ini sudah berubah menjadi tempat wisata yang begitu indah......
Pantai Boom di Tuban ini memiliki semacam break water atau semenanjung buatan yang panjangnya sekitar 1000 meter.
Di sebelah kanan kiri semenanjung buatan pantai Boom, dipergunakan sebagai tempat sandaran perahu oleh nelayan tradisional dari warga setempat.
Pantai Boom Tuban memiliki gelombang yang relatif kecil seperti umumnya pantai utara pulau jawa lainnya. Kondisi pantai Boom juga sangat landai, sehingga sangat memungkinkan untuk berwisata bahari.
Di sekitar pantai,banyak menjumpai sebuah jalan yang menjorok ke laut yang digunakan oleh pengunjung untuk bersantai dan menikmati pemandangan laut.
Di kawasan pantai ini juga terdapat beberapa gazebo sebagai tempat untuk melihat pemandangan matahari terbit ataupun terbenam.
Pantai Boom, berlamat yaitu di Semenanjung Boom, Kutorejo, Kec. Tuban, Jawa Timur.
Dekat dengan alun-alun kota dan makam sunan bonang.
Saat masuk lokasi ,kita akan melihat gerbang pintu masuk pantai yang memiliki bentuk seperti layar perahu dan menjumpai hamparan taman. Di sisi kanan dan kiri taman bagian depan ini ada dua bangunan berbentuk pendapa dengan prasastinya yang berada di dinding Bangunan.
Prasasti tersebut mengisahkan tentang sejarah Pantai Boom Tuban di Masa Lampau yang berperan penting sebagai jalur pelayaran niaga dan juga pelabuhan pada masa kerajaan Airlangga, Singasari , Majapahit dan awal masa penyiaran agama Islam di Tanah Jawa.
Dahulunya, pantai Boom adalah sebuah pelabuhan kuno di masa kejayaan Kerajaan Majapahit.
Pelabuhan ini dulu juga merupakan tempat singgah bagi para pedagang dan saudagar antar daerah dan negara. Tetapi, seiring berkembangnya zaman, pantai Boom ini sudah berubah menjadi tempat wisata yang begitu indah......
Dan tulisan saya akhirnya selesai, karena sudah waktunya pulang..heee
Tepat pukul 15.45wib bus perlahan meninggalkan bumi wali tuban dan alhamdulillah sampai rumah dengan selamat jam 18.00wib
Sampai jumpa di postingan bunda sahsa berikutnya.
Terimakasih.
Tepat pukul 15.45wib bus perlahan meninggalkan bumi wali tuban dan alhamdulillah sampai rumah dengan selamat jam 18.00wib
Sampai jumpa di postingan bunda sahsa berikutnya.
Terimakasih.
Bundasahsa.blogspot.com
Bunda Lestari Sahsa Malika
25.01.19
Bunda Lestari Sahsa Malika
25.01.19
Tidak ada komentar:
Posting Komentar