Minggu, 28 Mei 2017

FILOSOFI DARI LAGU ANAK-ANAK *EE..DHAYOHE TEKA

FILOSOFI DARI LAGU ANAK-ANAK *EE..DHAYOHE TEKA
.
E dhayohe teka,
e gelarna klasa
E klasane bedhah,
e tambalen jadah
E jadahe mambu,
e pakakna asu
E asune mati,
e kelekna kali
E kaline banjir,
e liwatna  pinggir
...
Terjemahan  bebas:

lagu anak-anak ini sangat familiar dengan kita sebagai orang Jawa,
Saya baru mengerti dari makna lagu anak-anak tersebut dari browsing di internet pagi ini.
Lagu ini sudah lama tidak pernah kita dengar lagi.
Ya..mungkin anak-anak kita sudah terbiasa dengan lagu-lagu sekarang
“Lagu anak-anak tersebut jangan dianggap remeh, karena lagu tersebut memiliki nilai filosofi,”
Lagu tersebut mewakili kondisi bangsa Indonesia saat ini.
 Kondisi dimana banyak solusi yang tidak tepat dan justru mendatangkan banyak masalah baru.


ee..dhayohe teka
ee..gelarna klasa >>
Ada tamu datang, gelarkan tikar. Ketika ada tamu yang datang, kita sebagai tuan rumah tentu akan menggelarkan tikar (menjamu tamu).
Hal tersebut merupakan sebuah tindakan yang tepat.


ee klasane bedah >>
E tikarnya rusak/sobek.
Di sini kita mulai menemukan sebuah masalah (tikar rusak).
E ditambal jadah (uli)>>
Coba kita pikirkan secara seksama, apakah benar menambal tikar pakai jadah?
Apa yang akan terjadi kalau tamunya duduk kemudian celananya lengket?
tentu saja tamu tersebut akan kecewa dengan pelayanan si tuan rumah.
Solusi di atas (menambal tikar yang rusak pakai jadah) merupakan sebuah solusi yang tidak tepat dan justru mendatangkan masalah.

★ee..jadahe mambu >>
E jadahnya bau (basi).
Jadah yang digunakan untuk menambal tikar yang rusak tersebut ternyata basi.
Kondisi tersebut tentu akan bertambah runyam.
sudah tikarnya sobek, celana tamunya lengket karena jadah dan ternyata jadahnya basi serta menimbulkan bau.
Tentu saja tamu tersebut akan semakin kecewa dengan pelayanan yang diberikan oleh si tuan rumah.

★ee..pakakna asu>>
E kasihkan anjing.
Jadah yang basi tersebut dan telah digunakan untuk menambal tikar yang sobek, sekarang malah dikasihkan ke anjing.
“Anjing diseluruh muka bumi ini tentu tidak akan mau dikasih makan jadah,”


ee..asune mati
E anjingnya mati.>>
Masalah semakin runyam ketika anjing yang memakan jadah basi tersebut kemudian mati.
Berawal dari masalah tikar yang sobek sekarang malah berujung pada hilangnya nyawa seekor anjing.

Ee...kintirna kali
Ee..kaline banjir
Ee..liwatna pinggir
E dibuang ke kali yang lagi banjir.
Bagaimana anjing yang mati kemudian bangkaianya dibuang ke kali yang sedang banjir. Tentu hal tersebut mencemari lingkungan hidup dan merugikan orang banyak.
Yang tentu orang sekitar kali yang banjir itu sangat terganggu dengan bau yang busuk.


 “Dari sini kita bisa melihat bagaimana lagu anak-anak tersebut mampu menggambarkan kondisi bangsa ini
(banyak solusi yang tidak tepat),
Sering kali dalam kehidupan ini, kita tidak fokus untuk mencari sebuah solusi yang tepat terhadap sebuah masalah.
Akibatnya yang terjadi ialah timbulnya masalah-masalah baru yang berkepanjangan.
Perlunya mawas dhiri agar kita menjadi orang merdeka sehingga punya sidik paningal (kejernihan dan ketepatan penglihatan).
Nanti puncaknya adalah putus pamriksa (ma’rifat),
di mana bisa  melihat sesuatu sampai ke ufuknya secara sangat jelas. Jangan sampai kita melangkah lebih lanjut sebelum meyakini kepastian bahwa solusi yang kita lakukan sudah tepat...

Wassalamualikum wr.wb

Lestari sahsa malika
3000517

2 komentar: